Menghitung Perbandingan Kompresi
Menghitung Perbandingan Kompresi
MotoBike - Beberapa waktu lalu telah kita ketahui cara
menghitung volume ruang bakar dengan piston yang desain pucuknya flat
alias rata. Nah, sekarang giliran kalau menggunakan piston jenong atau
cekung ke dalam (gbr.1).
Untuk metode penghitungan ruang bakarnya, tebal paking dan celah dek
piston saat TMA masih tetap turut diperhitungkan. Sama dengan yang kita
bahas sebelumnya. Tapi kini ada tambahan kalau mengaplikasi piston
jenong.
Ambil contoh pada Yamaha Jupiter Z. Misal menggunakan piston dome
dengan diameter piston 52 mm. Dengan tinggi dome 3 mm. Nah, langkah
pengukurannya, mula-mula kita pasangkan ring pada piston dengan lengkap.
Kemudian rakit piston itu pada blok silinder melalui bagian bawah
dengan kondisi terlepas.
Tapi sebelumnya oleskan sedikit grease pada sekeliling dinding dalam
blok. Tidak perlu terlalu tebal. Tujuannya hanya untuk mencegah
kebocoran cairan pengukur yang nantinya akan dimasukkan ke dalam
silinder.
Setelah itu naikkan piston menuju ke bibir blok sampai kira- kira 4 mm
sebelum piston mencapai bibir atas blok silinder. Biar presisi, diukur
menggunakan jangka sorong atau sigmat. Oh iya, mengapa diberi gap
sebesar 4 mm? Sasarannya adalah untuk memberi celah sedikit pada pucuk
piston yang jenong terukur dari titik mati atas (TMA) piston.
Misal dome piston tingginya 3 mm, maka kita harus memposisikan piston 4
mm sebelum bibir atas blok. Artinya masih ada clearance 1 mm. Jika
sudah, bersihkan sisa grease pada sisi piston dan silinder menggunakan
lap (gbr.2).
Lalu oleskan grease ke sekeliling bibir atas permukaan blok silinder.
Kemudian lakukan proses pengukuran volume ruang bakar seperti cara di
edisi lalu menggunakan mika dan bourette yang diisi bensin (gbr.3).
Kita ambil contoh misalkan didapat volume bensin yang masuk ke silinder
sebanyak 6,5 cc, maka untuk mengetahui volume dome piston kita harus
mengetahui terlebih dulu seberapa volume silinder Jupiter Z dengan
diameter piston 52 mm dan jarak piston ke bibir silinder 4 mm. Kita
sebut volume piston flat (VPF).
Gunakan rumus volume silinder seperti yang sudah kita bahas sebelumnya.
Nilai yang ada saat ini, D = 52 mm dan T = 4 mm. Jika dimasukkan ke
dalam formula V = (1/4π x D² x T) : 1.000, maka akan didapat V = 8,5 cc.
Biar mudah kita singkat Volume Efektif Piston (VEP).
Dari sini kita sudah dapat menentukan volume dome piston (VD). Yaitu VD
= VPR – VEP. Hasilnya 8,5 - 6.5 cc = 2 cc. Sebaliknya jika desain
pistonnya cekung seperti yang dianut oleh Satria FU150, maka metode
penghitungannya terbalik, yakni volume relief piston atau VRP = VEP –
VPR. Setelah itu hasilnya ditambahkan dengan volume total ruang bakar.
Gampang kan?
Contoh volume ruang bakarnya 10 cc, volume paking 0,4 cc dan volume
celah dek piston 2,4 cc. Maka 10 + 0,4 + 2,4 = 12,8 cc. Untuk mengetahui
volume keseluruhan ruang bakar pada piston dome seperti di atas, maka
keseluruhan hasil tadi dikurangkan dengan volume dome. Yaitu 12,8 - 2 =
10,8 cc.
Jadi semakin tinggi dome piston, maka akan semakin memperkecil nilai
V1. Dan otomatis akan semakin tinggi nilai perbandingan kompresinya. •
Sumber : www.mymotobike.com
Posting Komentar untuk "Menghitung Perbandingan Kompresi"
Posting Komentar